Widow of Timika violence Patsy Spier - in Tempo (2003)
I continued to report on Papua after I moved to the US kn 2003. A network of human rights activists kept issues about Papua in the news. Patsy Spier was determined to find out what happened to her husband, who died in Timika; I would meet with her from time to time while working for Tempo magazine. She was a fierce advocate for the truth.
https://nasional.tempo.co/read/22773/janda-korban-timika-kecewa
Janda Korban Timika Kecewa
Oleh : Tempo.co
Jumat, 17 Oktober 2003 13:39 WI
TEMPO Interaktif, Washington DC: Janda korban penembakan di Timika, Papua, Patsy Spier, sangat kecewa dengan pernyataan Presiden George W. Bush tentang rencana pemerintah Amerika Serikat memperbarui kerja sama militer dengan Indonesia. Spier merasa tidak ada kemajuan dalam investigasi kasus tersebut, untuk itu pemerintah AS harus tetap menyetop pengeluaran dana untuk program pendidikan dan latihan militer, atau IMET. Spier dan sebagian pejabat pemerintah AS menduga kemungkinan ada keterlibatan oknum Tentara Nasional Indonesia dalam serangan 31 Agustus 2002 itu, yang menewaskan suaminya, Richard Spier.
"Jelas investigasi kasus ini sekarang macet. Indonesia memperlukan lembaga dari luar negeri untuk membantunya dan itu adalah Federal Bureau of Investigation (FBI). Kita perlu meningkatkan tekanan kepada pemerintah," ujar Spier kepada Tempo News Room. "Yang paling penting kita tetap melarang program IMET," katanya.
Selama 10 tahun, program IMET dihentikan karena tuduhan pelaranggara hak azasi manusia oleh TNI di bekas provinsi Indonesia, Timor Leste. Pemerintahan Bush berusaha menghidupkan kembali program ini, namun pada bulan Mei, Kongres AS memputuskan untuk tidak mengeluarkan dana untuk program ini, sebesar US $ 400,000, sebelum selesainya investigasi kasus Timika. Dalam wawancaranya dengan stasiun televisi SCTV, Bush mengatakan pemerintah AS akan tetap kembali memberikan bantuan kepada TNI, karena telah adanya kerjasama dalam investigasi kasus ini. Spier membantah kerjasama ini. Menurutnya, karena pihak FBI tidak berangkat ke Indonesia pada akhir September 2002 sesuai dengan jadualnya.
"Saya percaya bahwa pihak FBI akan kembali ke Indonesia bila mereka merasa akan mendapatkan kerjasama yang mereka cari," jelas Spier. Dalam pertemuannya dengan Kepala Polisi Republik Indonesia Jenderal Dai Bachtiar, Spier bertanya tentang tim penyelidik khusus kasus Timika. Namun, menurutnya, Kapolri hanya bisa memberikan satu nama anggota tim tersebut kepadanya. Spier juga bertanya apakah Kapolri dapat bercerita tentang perkembangan investigasi ini, dan pertanyaan ini pun tak dapat jawaban yang memuaskan.
"Kapolri tak dapat menjelaskan perkembangan apapun dalam investigasi ini," ujar Spier. Kapolri hanya menjelaskan bahwa investigasi berjalan lancar dan penuh dengan kerjasama, baik dengan pihak TNI maupun FBI. Dini Djalal - Tempo News Room